Tuesday, May 15, 2018

Resensi dan ulasan buku The Girl on The Train - Paula Hawkins


Judul : The Girl On The Train
Penulis : Paula Hawkins
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno 
Penerbit : Noura Books
Tanggal Terbit : Mei 2016 
Jumlah Halaman : 432
ISBN : 978-602-0989-97-6

The Girl On The Train merupakan debut pertama Paula Hawkins, pertama kali terbit tahun 2015. Novel jenis psikologi thriller ini  kebanyakan disandingkan dengan Gone Girl-nya Gillian Flynn karena kesamaan genre dan sama-sama tentang misteri gadis yang hilang. Namun kali ini kita tidak akan membahas perbandingan keduanya, kita akan fokus terhadap  TGOTT.


Novel ini dibagi kedalam tiga sudat pandang, Rachel, Megan dan Anna dengan alur maju-mandur.  Rachel, mmm seorang gadis yang ditinggal suaminya untuk menikah dengan Anna, tidak bisa punya anak, pecandu alkohol dan sangat menyukai kereta komuter London. Pada bagian awal buku ini meceritakan perjalanan sehari-hari Rachel dari London dan Ke
London dengan keterangan waktu pagi dan malam. Bisa segera kita simpulkan bahwa Rachel pulang-pergi untuk bekerja. Keretanya perlahan melewati rumah lamanya, tempat Tom-mantan suaminya, Anna, dan anaknya sekarang tinggal. Dari kereta, dia juga mulai melihat melihat sekaligus meng-imajinasikan pasangan yang menurut Rachel ideal yang tinggal beberapa rumah tidak jauh dari Tom.


Poster Film TGOTT 2016

Rachel yang hidupnya sedang berada pada titik terendah, kebiasaanya menenggak minuman alkohol sering membuatnya kehilangan kesadaran yang kadang meresahkan orang lain termasuk rekan-rekan kerjanya di kantor hingga ia pun dipecat, dan teman sekamarnya, Cathy yang menurutku terpaksa untuk tetap sekamar dengan Rachel karena kasihan melihat keadaanya dan khawatir. Selama itu Cathy tidak tahu bahwa Rachel dipecat, karena setelah kehilangan pekerjaanya, Rachel tetap naik kereta komuter, apa yang dilihat Cathy adalah ia berangkat pagi dan pulang malam seperti biasa. Lalu apa yang dilakukan Rachel di siang hari adalah keluyuran tidak jelas. Ia tetap naik kereta karena ia menyukainya, karena ia tidak ingin meninggalkan setiap 'episode' kehidupan dari pasangan idealnya.


Pasangan yang diimajinasikan Rachel dari kereta merupan pasangan suami istri Megan dan Scott. Megan adalah seorang yang pendiam dan tertutup, memiliki  masa lalu yang rumit, bahkan suaminya pun sama sekali tidak mengetahui akan masa lalunya. Dia menemukan hidupnya membosankan, dia tidak tahu apa yang benar-benar ingin diraih dan dicapainya. Hingga ia pun mencari seorang terapis untuk menceritakan kisah masa lalau nya yang kelam yang tidak ada satu orang pun yang tahu. 


Rachel Watson, diperankan Oleh Emily Blunt
Suatu hari, dari jendela kereta Rachel tertegun melihat Megan mencium lelaki lain di balkon rumah. Apa yang dilihat Rachel membuatnya shok, Megan telah merusak fantasinya. Ia mersakan empati yang berlebihan terhadap Scott yang malang, yang dikhianati oleh istrinya. 




Menghilangnya Megan Hipwell pada Sabtu 13 Juli 2013


Menurut Rachel : Sabtu itu, Rachel yang sedang mabuk ingin sekali melihat Scott, ingin sekali melihat mereka. Ketika ia turun di Stasiun Witney ia melihat seorang lelaki yang menurutnya adalah Scott- pria berambut pirang coklat yang kemerahan tersenyum padanya. Hari minggu, setelah minum berat, Rachel terbangun dengan benjolan dan darah di kepala. Ia mengetahui kabar berita Megan hilang dan ia tidak ingat tentang apa yang terjadi tentang malam sabtu 13 Juli. ia tidak tahu mengapa Tom mencarinya pada malam itu dan Apa yang ia lakukan terhadap Anna, karena sesaat ia melihat Anna pada malam itu.
Menurut Tom : Pada Sabtu malam itu, Tom berputar-putar dengan mobil mencari Rachel yang sedang mabuk dan berkeliaran di jalanan. Dengan marah, Tom meminta Rachel untuk tidak lagi mengganggu keluarga kecilnya.

Menurut Anna : Anna melaporkan kepada polisi, ia telah melihat Rachel mabuk dan mengejutkan di sekitar malam hilangnya Megan. 

Menurut Scott : Hari jumat sehari sebelum Megan Hilang, ia mengikuti konferensi di Birmingham.


Rachel merasa bahwa dia harus pergi ke polisi dengan semua yang dia amati tentang Megan dari kereta. Bayangkan betapa terkejut dan senangnya polisi bertemu dengan seorang saksi yang tidak jelas dan mabuk yang ingatannya kabur dan nyaris tidak dapat dipercaya. Tidak ada yang mau menganggap serius Rachel, tetapi kejadian-kejadian itu membuatnya lebih serius untuk mencoba memulihkan kejernihan pikirannya. Rachel mencoba untuk mengurangi konsumsi alkoholnya. Kemudian Ia pergi menemui Scott. Pikirnya ia harus menemui Scott. Scott harus tahu apa yang dilakukan Megan di kebun rumahnya dengan pria itu.

Sementara cerita Rachel terus berjalan, kita pun diajak mundur sejenak untuk menelusuri cerita Megan sebelum ia menghilang, dan masa lalunyaTentunya cerita misteri dengan alur maju-mundur membuat pembaca semakin tertarik untuk menyimpulkan dan menebak-nebak sendiri akhirnya. Buku ini sukses membuatku begadang untuk menyelesaikanya. 

Rating ruangbuku : ✭✭✭ (3/5)

Tentang Penulis :



Paula Hawkins (lahir 26 Agustus 1972) adalah seorang penulis Inggris kelahiran Zimbabwe, yang terkenal karena novel thriller psikologisnya yang laris. Sebelum pindah ke London pada tahun 1989 pada usia 17, Hawkins merupakan siswa Arundel School, Harare, Zimbabwe kemudian belajar untuk A-Levels di Collingham College, sebuah perguruan tinggi independen di Kensington, London Barat. Hawkins membaca filsafat, politik, dan ekonomi di Keble College, University of Oxford. Dia bekerja sebagai jurnalis untuk The Times, melaporkan bisnis. Dia kemudian bekerja untuk sejumlah publikasi secara freelance, dan menulis buku saran keuangan untuk wanita, The Money Goddess.
























No comments:

Post a Comment

Most Viewed