Tema novel ini bisa dibilang biasa, literatur dengan tema perselingkuhan sangat mainstream di abad 19. Novel ini Mengikuti perjalanan Newland Archer yang sudah bertunangan dengan May Welland, namun terpikat oleh pesona Countess Olenska, sepupu May Welland, yang sudah bersuami. Kedatangan Countess Olenska ke Amerika merupakan pelarian dari sikap kasar suaminya, dan berselingkuh dengan wanita lain.
Tidak ada jodoh yang lebih baik di New York selain May Welland, Tentu saja pernikahan yang demikian layak bagi Newland. Tapi takdir terus mempertemukan Newland Archer dan Countess Ellen Olenska, entah di pesta ini atau pesta itu di kalangan society New York, dan sebagai pengacara dan juga calon suami Sepupu Ellen, Newland ditugaskan untuk menangani gugatan cerai Ellen terhadap suaminya.Tentunya banyak alasan untuk Newland bertemu dengan Ellen.
Kehidupan New York kuno terasa membosankan bagi Newland yang berpengetahuan luas dan suka membaca buku. Tapi, Ia tidak mempunyai cukup nyali untuk merubahnya sesuai keinginanya, mengikuti hasratnya kepada Ellen. Rasanya ingin sekali memberontak dari kungkungan adat New York kuno, namun ia takut akan kehancuran akibat skandal tersebut bukan hanya kehancuranya sendiri, juga kehancuran keluarga Archer dan Welland yang merupakan keluarga sorotan di New York. Pada awalnya Newland ingin menghindar dari sosok Ellen, dengan mempercepat pernikahanya dengan May.
"Kalau begitu, apakah sepadan untuk melakukan hal yang pastinya tidak akan disetujui dan juga menyakitkan? Pikirkan tentang surat kabar-kekejian mereka! Semua itu bodoh, sempit, dan tidak adil-namun tidak ada yang bisa menutupi pendapat masyarakat." (Halaman 155)
Novel ini benar-benar ironic menurtku, May Welland yang disangka lugu dan polos ternyata dibalik itu, ialah yang menjalankan dan mengatur pernanan. Semua pertemuan Newland dan Ellen tidak ada yang tidak diketahuinya. Ternyata May tidak senaif dan selugu yang Newland pikir. Mungkin antagonisnya dalam novel ini (secara tidak langsung) adalah May. Karena May merupakan sosok sempurna perwujudan maysarakat New York Kuno. Kuno memang, karena ia ingin kehidupanya berjalan semestinya, seperti apa yang diajarkan orang tuanya terdahulu tanpa cela sedikitpun. May dan keluarganya berkonspirasi (tanpa sepengetahuan Newland) untuk mendepak Ellen kembali ke Eropa.
Ellen, seorang wanita yang pemikiranya jauh melampui wanita-wanita New York kebanyakan. Ellen merupakan wanita yang terlihat pemberani dan mengingikan kebebasan. Terlihat pemberani karena ia tidak pernah memikirkan apa pendapat masyarakat yang ditunjukkan kepadanya. Ia melakukan apa saja yang ia anggap benar walaupun bertentangan dengan kaum kuno New York.
Di akhir cerita ternyata aku terkesan dengan pengorbanan Ellen untuk sepupu tersayangnya. Ia merelakan Newland, demi kebahagiaan May. Di awal aku pun menganggap bahwa May lah sosok Innocence itu, tetapi pada akhirnya julukan Innocence jatuh kepada Newland Archer. Sayangnya, Novel ini tidak berakhir bahagia bagi Newland. Sepanjang kehidupan berumahtangganya, sosok Ellen selalu terpatri dalam ingatanya. Sungguh ironis, baik Ellen dan Newland sama-sama menjalani kehidupannya masing-masing.
Aku sangat suka penulis yang mendetailkan perangai tokoh-tokohnya. Secara tidak langsung, sedikit-sedikit aku pun belajar mengenai psikologi dan kepribadian. Juga suasana di era victoria dalam novel ini sangat terasa. Bagaimana ya menjelaskan kalimat 'terasa' tersebut. Yang jelas aku ikut terhanyut dalam kalimat-kalimat dalam buku ini, dengan mudahnya dari kelimat tersebut memutarkan adegan sinematik dalam otakku. Rasanya Seperti aku membaca novelnya Henry James, Edith Wharton pantas disejajarkan dengan penulis pria. Memang tidak salah lagi, kalau novel ini mendapatkan penghargaan Pulitzer Prize, apalagi, Edith merupakan penulis wanita pertama yang mendapatkan penghargaan tersebut.
Rating Ruang Buku Megga ✭✭✭✭ (3,5/5 Stars)
Penulis: Edith Wharton
Alih Bahasa: Maria Renata
Penerbit: Qanita (Mizann Group)
Tahun Terbit: Oktober, 2015 (Pertama Kali, 1920)
Tebal: 484 halaman
No comments:
Post a Comment