Friday, March 18, 2022

Review The Scarlet Letter - Nathaniel Hawthrone

"Simbol itu bukanlah sekedar kain merah yang dicelupkan ke dalam bejana duniawi, tapi merupakan kain merah membara dengan api neraka, dan dapat terlihat menyala-nyala kemana pun Hester Prynne berjalan keluar rumahnya di malam hari"

    Di kota Boston yang masih banyak dihuni kaum Puritan di tahun 1642, seorang perempuan muda bernama Hester Prynne melahirkan seorang bayi bernama Pearl tanpa diketahui siapa ayahnya, sebab suami Hester dipercaya telah mati di laut sebelum ia hamil. Ia dihukum untuk memakai huruf 'A' berwarna merah tua di dadanya sepanjang sisa hidupnya. Huruf A tersebut mempunyai arti "adultery". Ditengah -tengah kerumunan saat Hester berdiri di panggung penghakiman, ia melihat suaminya di tengah kerumunan. Suaminya tersebut mengaku sebagai dokter yang bernama Roger Chillingworth, namun ia tidak mengakui bahwa ia adalah suami Hester. Dalam penjara Hester, suaminya membuat kesepakatan untuk merahasiakan kenyataan bahwa Chillingworth adalah Mr. Prynne, suaminya.
Ada seorang pendeta gereja yang sangat terkemuka di masayrakat New England, yaitu Arthur Dimmesdale. Sampai pada pertengahan buku ini, kita akan mendapatkan beberapa petunjuk bahwa Arthur Dimesdale lah ayah dari anak Hester. Kemudian Roger Chillingworth mencurigai Arthur Dimmesdale yang terlihat alim, maka ia tinggal bersama pastor itu untuk mencoba mendapatkan pengakuanya.

Hester  menjalani kehidupan yang tenang dan muram bersama putrinya di sebuah rumah yang terpencil. Ia mendapatkan pendapatan dari jahitanya dan melakukan tindakan amal untuk orang miskin. Suatu saat ia terganggu oleh ketertarikan putrinya yang tidak biasa dengan huruf "A" merah. Keterkucilan Hester mengakibatkan Pearl tidak memiliki teman bermain, kecuali ibunya.

Tiga karakter utama dalam novel ini begitu berbeda dan sangat mengesankan. Kritikus sastra menyebutkan Hester sebagai pahlawan wanita (heroine), walaupun ia tidak melakukan sebuah aksi heroik yang nyata, tapi ketangguhanya menanggung semuanya sendiri dan keteguhanya untuk tidak mengungkapkan identitas ayah anaknya pantas diacungi jempol, dan juga demi melindungi Arthur Dimmesdale dari tiang gantungan.

Disaat Hester berubah menjadi lebih baik dan ingin diakui oleh masyarakat, Arthur Dimmesdale tersiksa oleh dosanya yang ia pendam sendiri, seolah ia menipu dirinya sendiri. Perlahan, kesehatanya pun kurang membaik. Ada pula, 
Roger Chillingworth yang juga munafik, terbawa nafsu untuk mendapatkan pengakuan dari Arthur Dimmesdale, padahal ia sendiri memendam rahasia. Namun kehadiran si kecil Pearl, yang belum dididik sesuai norma masyarakat sehingga dengan polosnya bisa menentang karakter-karakter itu maupun karakter lainya, terutama yang berkaitan dengan kemunafikan mereka.

Tentang masyarakat Puritan, sebenarnya aku tidak menelaah lebih lanjut. Intinya mereka ini sejumlah kelompok keagamaan yang memperjuangkan "kemurnian" doktrin dan tata cara peribadatan, begitu juga kesalehan perseorangan dan jemaat. Mereka hanya melakukan apa yang mereka yakini, dan terkesan main hakim sendiri. Namun, Arthur Dimmesdale meyakini bahwa manusia tidak harus menghakimi orang lain, hanya Tuhan yang dapat melakukan itu. 

Yah, we have come to the last words.

Sayangnya, menurut peringkat Goodreads, buku ini tidak mencapai lebih dari Nilai 3,5 dari 5. Mungkin banyak yang tidak suka buku ini karena narasinya membuat ngantuk, atau mungkin terlanjur benci dengan kemunafikan Arthur Dimmesdale dan tokoh-tokoh kaum puritan lainya. Buku ini aku baca untuk yang kedua kalinya untuk versi novel terjemahan (dulu baca terbitan narasi), bahkan versi manganya pun sudah aku baca.

Padahal, menurutku buku ini worth reading, walau aku tidak memberi rating dengan sempurna karena aku kurang menyukai bagian akhir cerita, aku sih berharap mereka happy ending menjadi keluarga yang bahagia, dan melarikan diri dari kaum puritan New England. Kadang -kadang kabur adalah solusi, Kenapa tidak ?
Tapi ada beberapa scene yang disuguhkan Hawtrhone dalam buku ini sangat sinematik, dan di akhir cerita, membuat aku sungguh menyukai keberanian dan keteguhan Hester. The best heroine ! 4 bintang untuk Hester.

Rating Ruang Buku Megga : ✭✭✭✭ (4/5)

Judul Asli : The Scarlet Letter
Judul Terjemahan: Aksara Duka
Penulis: Nathaniel Hawtrhone
Alih Bahasa: Rina Buntaran
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2021 (Pertama kali, 1850) 
Tebal: 240 halaman




No comments:

Post a Comment

Most Viewed