Sunday, November 8, 2020

Review 20.000 Leagues Under The Sea (60.000 Mill Di Bawah Laut) karya Jules Verne

   
  Selama tahun 1866, kapal-kapal laut dari berbagai negara telah dihadang sebuah benda yang luar biasa besarnya yang juga panjang bentuknya seperti mesin pintal yang pasti ukuranya lebih besar dan gerakanya lebih cepat dari seekor paus. Sontak berita tersebut sangat menghebohkan komunitas penjelajah samudera, baik itu pedagang, pelaut, kapten atau komandan kapal dari Eropa ataupun dari Amerika. 
    Pemerintah AS mengadakan ekspedisi penjelajahan laut untuk menemukan dan menghancurkan benda yang disebut monster itu. Kemudian, munculah Profesor Pierre Aronnax, seorang ahli biologi kelautan Perancis sekaligus narator cerita ini, ia menerima undangan untuk bergabung dengan ekspedisi yang diselenggarakan pemerintah Amerika tersebut.  Ia berangkat bersama Kapal Frigate Abraham Lincoln dengan beberapa kru, yaitu Ned Land, Penangkap ikan paus dari  Kanada dan ahli harpun  dan pelayan setia Aronnax  yang bernama Conseil.

    Setelah pencarian selama lima bulan yang berakhir di Jepang, tim ekspedisi menemukan monster itu. Malangnya, monster itu merusak kemudi kapal sehingga ketiga tokoh kita terlempar ke laut dan akhirnya naik ke atas monster itu sendiri. Sangat mengejutkan, ketika tersadar, ternyata monster tersebut  adalah  kapal selam futuristik yang bernama Nautilus. Mereka menunggu di dek kapal sampai pagi, kemudian mereka ditangkap, diangkut ke dalam, dan diperkenalkan dengan perancang dan komandan misterius kapal selam itu, Kapten Nemo .
   Aronnax dan teman-temanya, tertahan di dalam kapal selam itu. Saking misteriusnya, Kapten Nemo tidak ingin keberadaanya  dan Nautilusnya diketahui oleh masyarakat luar. Kapten  tidak mudah mempercayai orang baru, maka dari itu, Aronnax dan teman-temanya menjadi tawanan sang kapten. Lambat laun mereka tidak sepenuhnya tawanan, melainkan dianggap seperti tamu dan diajak menjelajahi lautan dan diberi kesempatan melihat keindahan alam bawah laut.  Tidak ada yang tahu dari mana Kapten Nemo berasal,  ia menguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Jerman, Perancis, dan Inggris.  Namun, Sepertinya Kapten Nemo adalah seorang naturalis yang baik hati, atau apakah ia hanya berpura-pura baik? Yang jelas Ia sangat mencintai lautan dan tidak ingin kembali ke kehidupan masyarakat di daratan. 
"Lautan adalah segalanya, Luasnya saja menutupi tujuh per sepuluh dari besarnya daratan di bumi. Udaranya masih murni dan menyehatkan. Bisa dibilang lautan seperti sahara yang luas sekali, tempat manusia tak akan pernah merasa kesepian karena kehidupan berputar di sekelilingnya. " (Kapten Nemo, hal. 73)
Menjelajahi kedalaman lautan sungguh pengalaman yang luar biasa bagi seorang Professor ahli biologi seperti Aronnax, apalagi menjelajah sampai kedalaman lebih dari 20.000 leagues  atau sekitar 111.120 kilometer yang sebelumnya belum  pernah terjamahi oleh pelaut manapun. Kecanggihan kapal selam tersebut pun membuatku kagum, Jules Verne sudah membayangkan kapal selam yang belum pernah ada pada jamanya  lengkap dengan ukuran dan beratnya! bahkan semuanya digerakan oleh listrik. 
"Listrikku ini bukan listrik seperti kebanyakan orang kenal. Anda tahu kandungan air laut itu apa. Dalam seribu gram air laut terkandung sembilan puluh enam setengah persen air, dan sekitar dua pertiga  persen sodium klorida. Lalu, dalam jumlah yang tak terlalu banyak, ada kandungan magnesium klorida dan potasium klorida, magnesium bromida, magnesium sulfat, serta kapur sulfat, dan karbonat. Jadi, sebagian besarnya adalah sodium klorida. Sodium inilah yang aku suling dari laut dan aku jadikan bahan dasarnya. Aku berutang budi semuanya pada laut karena dari lautlah listrik dihasilkan, dan listrik memproduksi panas, cahaya, gerak. Singkat kata, memberi hidup bagi Nautilus." (Kapten Nemo, hal. 83 ) 
Kemewahan interior di dalamnya sangat mengagumkan, ada perpustakaan yang menyimpan banyak sekali buku, namun tidak ada buku berbau politik di sana, rupaya topik tersebut merupakan hal yang sensitif bagi Kapten Nemo. Sebenarnya aku sungguh penasaran dengan asal-usul Kapten Nemo, dan darimanakah pengahasilan yang dikeluarkan untuk membuat kapal selam fenomenal tersebut.  Hingga pada akhir cerita, sosok kapten Nemo pun perlahan mulai terkuak, membuat Aronnax dan teman-temanya ingin melarikan diri dari Nautilus.

Sebelumnya aku sudah pernah membaca karya Jules Verne lain, yaitu Journey To The Center of The Earth, tentunya aku sudah agak mengenal gaya tulisanya. Novel fiksi ilmiah ini agak berat sih menurutku, walau agak membosankan karena cerita cenderung datar, dan banyak banget penjelasan hitung-hitungan yang tidak dimengerti olehku. Namun, ada salah satu bagian yang menurutku paling menarik perhatian, yaitu ketika mereka semua berjalan-jalan di dasar laut. Sebenarnya kalau untuk jaman milenial seperti sekarang ini sudah tidak aneh ya yang namanya scuba diving atau menyelam ke dalam permukaan laut dengan menggunakan tabung oksigen dan kaki katak. Pernah tidak kalian bayangkan berjalan-jalan di dasar laut tahun 1860-an itu seperti apa? 

Untuk keperluan berjalan-jalan di dasar laut, masing-masing mereka berpakaian kedap air dari atasan celana dan baju atasan sampai kepinggang, terbuat dari india-rubber tanpa keliman, dan betul-betul untuk menahan tekanan yang paling besar sekalipun. Bagian ujung kaki celana tersambung dengan sepatu bot tebal yang ditempeli sol berbahan timah. Permukaan baju atasnya ada ikatan yaitu semacam pita dari tembaga, menyilang di bagian dada dari tekanan air yang besar, dan memberi ruang gerak bagi paru-paru untuk bisa bebas bernafas. Ujung lengan bajunya langsung tersambung dengan sarung tangan, yang ternyata tidak menghalangi gerak tangan. Kemudian, Mulai lah perjalanan dasar laut yang belum pernah dialami oleh Aronnax,  dan petualangan perjalanan bawah lautnya yang tak terlupakan. Pengalaman yang sangat menyenangkan ketika berkeliling dunia namun lewat jalur bawah laut, dan mengunjungi tempat ekstrim seperti Tambang batu bara bawah laut, Gunung es dan Kutub Selatan.
    Itulah mengapa aku suka buku-buku klasik, Selain menjadi mesin waktu, buku klasik memberiku pengalaman membaca yang lain dari biasanya. Apalagi novel genre-fiksi ilmiah ini banyak sekali memberikan informasi dan pengetahuan umum dalam bidang sains, geografi dan biologi. Tidak hanya itu, novel yang di pertama kali diterbitkan tahun 1870 ini pun banyak mendeskripsikan teknologi-teknologi canggih pada jamanya. Memang novel ini tidak mudah dipahami oleh pembaca pemula, harus ekstra konsentrasi membacanya, tidak jarang akupun membaca ulang satu paragraf untuk benar-benar paham isinya. Untuk pembaca muda, bisa membaca versi grafis, abriged (ringkas) atau yang berilustrasi terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan gambaran atau membantu membayangkan isi buku tersebut. Cerita klasik ini, merupakan cerita yang orisinil, tak heran novel ini masuk dalam jajaran buku yang paling laris sepanjang jaman.

Rating Ruang Buku ✭✭✭✭ (4/5)

Judul : 60.000 Mil di Bawah Laut
Penulis : Jules Verne
Penerjemah : Noviatri
Edisi : Paperback
Jumlah Halaman: 416 halaman
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2010
ISBN : 978-979-27-6951


    
    

No comments:

Post a Comment

Most Viewed