Thursday, December 2, 2021

Review Agatha Christie - Halloween Party

Ariadne Oliver, attending the Halloween party while visiting her friend Judith Butle. The party held at Rowena Drake's home in Woodleigh Common. For Ariadne, this is going to be horrible party ever, because there was the murder happened. The victim named Joyce, thirteen-year-old tells everyone attending she had once seen a murder, but had not realised it was one until later. When the party ends, Joyce is found dead, having been drowned in an apple-bobbing tub. Immediately, Ariadne called out to her friend, the famous detective, Hercule Poirot to investigate the murder and Joyce's claim.

‘We go from the past to the future,’ said Poirot. 

So, Poirot had to investigate a case in the past that might not even have happened, and was just a teenage braggart. As many Woodleigh Commons say, Joyce was a kid who wanted attention, and wanted to look cool in the eyes of Ariadne Oliver, the mystery writer.  with the help of his friend, from retired Superintendent Spence, Poirot begins to investigate cases that occurred in the past,  in which at this time it was most likely that the perpetrators had not yet been brought to justice or were found innocent when tried.

Friday, July 30, 2021

Review The Incredible Journey - Sheila Burnford


Hanya dengan mengandalkan insting, Luath, seeorkor labrador retriver, Bodger, seekor bull terrier tua, dan Tao, seekor kucing siam bermata biru cantik - pergi melakukan perjalanan luar biasa ke barat menuju rumahnya. Mereka melakukan perjalanan 300 mil jauhnya melalui hutan belantara Kanada untuk bertemu tuannya, keluarga Hunters. 
Karena Keluarga Hunters sedang bepergian ke London, peliharan mereka dititipkan kepada kerabatnya John Longride.

Sungguh perjalanan yang luar biasa bagi mereka yang sebelumnya merupakan anjing dan kucing rumahan. Namun berkat kecerdikan Tao, keberanian Luath dan ke-kaleman Bodger, mereka pun berhasil melakukan perjalananya sampai ke rumah. 

Review Novel Klasik Petualangan Bambi, Life in The Woods - Felix Salten


Novel-Fabel yang menceritakan tentang kehidupan alam liar dengan tokoh utama seekor rusa bernama Bambi. Seiring bertambahnya usia Bambi, ibunya mulai meninggalkannya sendirian. Kemudian ia bertemu dengan Dia (Manusia) dengan senapan berburunya yang kerap memburu bambi dan teman-temanya. Hingga pada akhirnya ia memilih hidup sendiri karena tidak tahan melihat kerabat sejenisnya mati diburu.

Membaca novel ini, menumbuhkan perspektif baru-ku terhadap hewan, salah satunya menumbuhkan rasa empati. Aku bukanlah seorang vegetarian atau benar-benar Animal Defender, tapi setelah membaca ini aku bisa lebih merasakan empati terhadap hewan-hewan yang tak berdaya yang masih membutuhkan uluran tangan manusia. Kita tidak bisa lari dari hukum alam. Manusia berburu rusa di musim dingin karena kebutuhan untuk makan dan bertahan hidup. Rusa/ Bambi sebagai mangsa juga ingin bertahan hidup. Dengan keterbatasan mereka, mereka terus berlari dan bersembunyi dari si Dia.

Friday, May 21, 2021

Review The Lost World - Arthur Conan Doyle

Pertama kali aku mengenal Conan Doyle, tentu saja lewat novelnya yang berjudul Sherlock Holmes. Aku masih beranggapan bahwa Conan Doyle merupakan penulis yang sangat genius yang telah menciptakan Holmes yang sampai saat ini masih menjadi ikon
Pop Culture. Setelah habis novelnya Sherlock, aku pun penasaran dengan karyanya yang lain di luar Sherlock Holmes. Ada beberapa kumpulan cerita yg berjudul The Tales of Terror and Mystery, kemudian yang paling menarik perhatianku adalah buku tentang Dunia yang hilang atau The Lost World ini. Sekilas buku ini mempunyai kesamaan judul dengan sub judul buku karya Michael Cricthon, Jurrasic Park 2: The Lost World, yg sama- sama juga berlatar tempat di Amerika Selatan. Mungkin, Jurrasic Park 2: The Lost World nya Cricthon terinspirasi dari karya Doyle ini.

Kisah petualangan ini diliput oleh Edward Malone, seorang wartawan muda untuk Daily Gazzete. Ia mempunyai misi dari atasanya, McArdle untuk membujuk
Professor Challenger, seorang ilmuan zoologi terkenal, menceritakan apa yang telah ia temukan di Amerika Selatan karena publik masih belum mengetahui eksepdisi tersebut tepatnya di mana dan hanya menceritakan dengan samar-samar. Sampai saat ini belum ada seseorang yang berani mewawancarai Professor Challenger mengenai hal itu. 

Edward Malone dengan tekad sekuat baja, juga untuk mengesankan wanita pujaanya yang meinginkan seorang Lelaki yang pemberani dan mampu melakukan hal-hal hebat, ia pun memberanikan diri menemui Professor Challenger. Ia mengekstraksi janji kerahasiaan informasi, dan akhirnya Prof. Challenger mengungkapkan bahwa dia telah menemukan hewan purbakala sejenis dinosaurus hidup di Amerika Selatan. Menindaklanjuti ekspedisi yang seblumnya oleh penjelajah Amerika yang sekarang sudah meninggal bernama Maple White.

Karena Pada pertemuan publik, Prof. Challenger mengalami ejekan dari sainganya Prof. Summerlee dan dianggap mengada-ada mengenai apa yang ia temukan di Amerika Selatan, Ia langsung menantang Prof. Summerlee memverifikasi penemuan tersebut dengan melakukan ekspedisi langsung ke Amerika Selatan. Maka, berangkatlah Professor Challenger bersama Edward Malone sebagai reporter sukarelawan, Profesor Summerlee yang akan menjadi saksi sesama Zoologi, dan Lord John Roxton, seorang bangsawan petualang yang telah berpengalaman, ke Amerika Selatan, ke pedalaman hutan Amazon, ke dunia yang hilang.

Dalam sejarahnya, Hutan Amazon, Amerika Selatan banyak sekali memikat para penjelajah untuk menjelajahi seluruh bagian Amazon. Tak jarang para penjelajah itu tidak kembali, dikarenakan berbagai hal yang masih dianggap misteri. Satu penjelajah meninggalkan jejak untuk penjelajah selanjutnya supaya meneruskan penjelajahanya. Seperti yang dilakukan Professor Challenger dalam cerita ini. Ibaratnya tak peduli ia gugur dalam penjelajahanya, yang penting ia bisa menjadi inspirasi bagi para penjelajah lain untuk melanjutkan obsesinya.

Ada satu hal yang tidak aku setujui mengenai penjelajahan Prof. Challenger ini. Dalam petualanganya, mereka menghadapi manusia kera pintar sejenis pithecanthropus yang sering kali menyerang mereka karena menganggap mereka sebagai pengganggu 'rumah mereka', yang akhirnya mereka menumpas semua manusia kera ini. Somehow related to Darwin's Theory tentang evolusi dan Hukum Alam. Manusia dari Inggris ini bisa disebut sebagai superior karena mempunyai peralatan dan senjata canggih. Mengapa harus memusnahkan semuanya ? tentu saja untuk dianggap sebagai pahlawan bagi penduduk lokal yang masih primitif yang memang juga terganggu oleh keberadaan manusia kera tersebut yang sering kali membunuh penduduk lokal. Sekali lagi manusia berada di puncak rantai ekosistem.

Kalau kalian kira buku ini bakalan seperti Jurassic Park, kalian salah. jenis dinasaurus yang muncul tidak banyak. Hanya ada beberapa seperti Iguanodon, pterodactyl dan stegosaurus yang memang saat itu para spesies tersebut diambang kepunahan, yang tersisa hanya jenis-jenis herbivora.

Buku ini direkomendasikan bagi pembaca yang seoenang dengan novel petualangan klasik yang sedikit dibumbui fiksi ilmiah. Sepanjang perjalanan membaca buku ini, aku tidak harus direpotkan dengan berbagai penjelesan sains. Namun sayangnya, novel ini agak sulit dicari versi terjemahnya, pembaca sepertinya mesti berburu buku ini di toko buku bekas. Tapi kalaupun ada yang berminat membaca dengan bahasa aslinya, bisa baca atau dowload versi epub di Website Project Gutenberg.

Selain sulit dicari, memang buku ini tidak seterkenal Sherlock Holmes, bahkan menurut survey saya di Goodreads, rating buku sekuel dan ketiganya tidak terlalu bagus, bahkan mungkin kurang terkenal dibandingkan Sherlock Holmes. Sepertinya banyak pembaca yang berhenti di buku pertama, seperti saya.
Sir Arthur Conan Doyle pernah mengatakan,
“If in 100 years I am only known as the man who invented Sherlock Holmes then I will have considered my life a failure.”

atau dalam bahasa indonesianya: 

 "Jika dalam 100 tahun saya hanya dikenal sebagai orang yang menemukan Sherlock Holmes maka saya akan menganggap hidup saya gagal."

Sepertinya pembaca Indonesia lebih sedikit mengenal Professor Challenger dibandingkan Sherlock Holmes Pak Doyle. Atau mungkin mereka lebih menikmati adaptasi film dari buku ini? Ternyata The Lost World ini sudah 7 kali dibuat adaptasi layar lebar dari tahun 1925 hingga terakhir tahun 2005 dan beberapa adaptasi Telvisi. Tenang Pak Doyle, anda tidaklah seorang yang hidupnya gagal, bila dilihat kepopuleran Prof. Challenger dalam western culture sepertinya ide cerita ini bisa dibilang sukses.  

Kembali ke buku, sebenarnya saya tidak ingin menyalahkan gaya berceritanya yang terlalu banyak narasi sehingga membuat saya mengantuk, mungkin faktor kekurangan energilah (biasa baca malam dengan sedikit energi yang tersisa) yang menjadi penyebabnya. Tentu saja ini mempengaruhi kualitas membacaku. Azzz andai saja keseharianku hanyalah rebahan dan duduk manis membaca.

Selain itu, saya agak ganggu dengan penempatan kata plato yang merujuk ke dataran tinggi yang ada di Amazon tersebut. Mungkin maksudnya plateau, aku tidak tahu kalau terjemahan plateau menjadi plato. Plato bukanya filsuf Romawi ya? tapi memang sih ketika lihat di google translate pronounciation untuk plateau dibaca atau diucapkan menjadi plaˈtō. Tapi, dengan menggunakan plato sebenarnya lebih simple dibanding menggunakan kata dataran tinggi.

Kalau buku dengan genre fiksi ilmiah dan petualangan seperti ini, review jadi melebar kemana-mana. Sangat menarik untuk dianalisis. Review ini saya posting bertepatan dengan ulang tahun Sir Arthur Ignatius Conan Doyle yang ke 162 tahun. 


Rating Ruang Buku ✭✭✭ (3/5)
Judul : The Lost World (Professor Challenger #1)
Judul Terjemahan: The Lost World
Penulis: Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa: An Ismanto 
Penerbit: Indoliterasi
Tahun Terbit: 2013 (Pertama kali, 1912) 
Tebal: 304 halaman

Saturday, April 24, 2021

Review Around The World in 80 Days (Mengelilingi dunia dalam 80 hari) - Jules Verne


Teringat kata Mark Twain, Explore (Jelajahi), Dream (Bermimpilah), Discover (Temukan) yang sudah mendarah daging dalam kehidupanku sekarang ini. Rasanya seperti mimpi saja bagiku untuk bisa keliling dunia, untuk bisa menjelajahi dan menemukan sesuatu yang baru dan tentu saja pengalaman baru. Kemajuan teknologi jaman sekarang pun memudahkan kita untuk melancong dari tempat satu ke tempat yang lain dan bahkan dari benua satu ke benua lainya bahkan hanya dalam hitungan jam. Mungkin hanya orang kaya dan yang mempunyai banyak waktu saja yang bisa melaksanakan tur mengelilingi dunia. Bagiku itu hanya impian belaka. Tapi setidaknya aku telah melakukan satu hal yang Mark Twain sebutkan, bermimpilah. 
Tapi bagaimana apabila keliling dunia pada abad ke-19 dalam 80 hari ?


Around The World in Eighty Days atau judul terjemahanya Mengelilingi Dunia Dalam Delapan Puluh Hari merupakan buku ke-3 dari Jules Verne yang aku baca. buku ini bukanlah fiksi ilmiah seperti: Twenty Thousand Leagues Under The Sea, dan Journey To The Center of The Earth yang mengandung banyak sekali penjelasan-penjelasan ilmiah/ sains yang kurang aku mengerti, tapi sama halnya dengan buku sebelumnya, buku ini tentang petualangan yang seru dan menegangkan.

Phileas Fogg adalah seorang pria Inggris kaya yang hidup menyendiri. Terlepas dari kekayaannya, Fogg menjalani kehidupan sederhana dengan kebiasaan yang dilakukan dengan presisi matematis. Sangat sedikit yang bisa dikatakan tentang kehidupan sosialnya, selain bahwa dia adalah anggota Reform Club.

Di Reform Club, Fogg menerima tantangan dengan taruhan 20.000 pound untuk mengelilingi dunia selama 80 hari. Fogg bersama pelayanya yang baru, Passerpartout yang lugu, ceroboh, tetapi kepala batu itu menjelajahi rute London, Terusan Suez, Bombay, Calcutta, Hongkong, Yokohama, San Fransisco, New York, dan kembali ke London. Karena cerita berawal pada tahun 1872, kita dibawa melintasi sejumlah besar koloni Inggris seperti Terusan Suez, India, Hongkong, Singapura dan lain-lain.


Namun, perjalanan mereka tidak semulus seperti yang diharapkan.
Sesampainya di Mesir, mereka selalu dibuntuti detektif Scotland Yard bernama Fix karena Fogg mirip dengan sketsa wajah tersangka perampokan di London. Ditengah usaha menghindari kejaran detektif Fix, Fogg harus mengatasi berbagai kesialan dalam petualanganya yang liar, seperti menaiki gajah sebagai alat transportasi dari Bombay ke Calcutta. Selama berjalan menggunakan gajah ini, mereka menyelamatkan seorang wanita Parsi bernama Aouda yang akan dibakar hidup-hidup pada sebuah upacara sati. Kemudian pada saat di Hongkong, 
Passerpartout dicekoki opium oleh detektif Fix, yang membuat Fogg tertinggal kapal SS Carnatic menuju Yokohama.



Fakta dan pandangan penulis terhadap dunia :

Genre petualangan seperti ini meman genre favoritku, apalagi setting cerita pada abad ke-19 ini seperti mesin waktu yang bisa membawaku ikut bertualang ke masa itu. Ada beberapa pandangan penulis terhadap fakta dunia sekitarnya yang ia jabarkan dalam buku ini. Fakta kemajuan teknologi mendukung perjalanan Fogg mengelilingi dunia seperti Selesainya rel kereta antar negara bagian di Amerika pada tahun 1869, Terusan Suez yang dibuka pada tahun 1869 dan Jalur kereta api menghubungkan benua India selesai pada tahun 1870
Kemudian ada juga bebarapa fakta yang menyangkut tradisi dan kebudayaan masyarakat di negara yang mereka kunjungi, seperti fakta tentang ritual kepercayaan para pengikut Dewi Kali di India yang masih melaksanakan tradisi upacara sati. Upacara Sati yaitu tradisi membakar seorang janda bersama suaminya yang sudah meninggal. Tradisi tersebut sungguh sangat tidak menguntungkan dan tidak berperikemanusiaan.
“Apakah mungkin,” lanjut Phileas Fogg, suaranya tidak menunjukkan emosi apa pun, “kebiasaan barbar ini masih ada di India dan Inggris tidak mampu menghentikannya?” 
“Pengorbanan ini tidak terjadi di sebagian besar wilayah India,” sahut Sir Francis; “tetapi kita tidak memiliki kekuasaan atas wilayah yang masih liar ini, dan terutama di sini di Buncelcund. Seluruh wilayah di utara Vindhia merupakan ladang pembunuhan dan
perampasan yang terus berlangsung.” (Verne, 2008:112)
Fakta tentang sarang opium yang berada di Hongkong:
"Fix dan Passepartout menyadari mereka berada di dalam rumah madat yang dipenuhi makhluk-makhluk yang malang, pucat, dan bodoh, pembeli obat bius yang sangat buruk bernama opium, yang dijual oleh pedagang Inggris sampai sebesar satu juta empat ratus ribu pound sterling—ribuan orang menyerahkan diri mereka pada salah satu sifat buruk paling tercela yang menimpa umat manusia! Pemerintah Cina sudah berusaha mengatasi kejahatan ini dengan hukum yang keras, tetapi sia-sia. Opium itu disalurkan secara berangsur-angsur dari kalangan orang kaya, yang awalnya mendapatkannya secara eksklusif, pada masyarakat kelas bawah, lalu dampak membinasakannya tidak bisa ditahan. Opium diisap di mana-mana, setiap saat, oleh laki-laki maupun perempuan, di wilayah Kekaisaran Langit itu." (Verne, 2008:175)
Serta fakta tentang kebiasaan kaum Mormon di Amerika yang suka berpoligami :
"Terlihat banyak wanita yang dengan mudah dikenali dari “penampilan khas” kaum Mormon, tetapi tidak boleh disamaratakan bahwa semua pengikut Mormon melakukan poligami. Mereka bebas untuk menikah ataupun tidak, sesuai keinginan mereka sendiri. Namun, penting untuk diketahui bahwa sebagian besar perempuan Utah-lah yang paling menginginkan pernikahan karena, menurut ajaran Mormon, gadis-gadis perawan tidak akan mendapatkan kebahagiaan tertinggi. Makhluk-makhluk malang ini tampaknya tidak kaya dan juga tidak bahagia." (Verne, 2008:269)

Apakah Jules Verne benar-benar keliling dunia ?

Menurut apa yang saya kutip dari  Britanica,  Jules Verne tidak berkeliling dunia seperti karakter di Around the World in Eighty Days (1873). Namun, dia mengunjungi Amerika dengan kapal Great Eastern pada tahun 1867, dan dia berlayar keliling Eropa dengan yachts miliknya. Apa yang ia tulis mengenai negara yang ia kunjungi, sepertinya berasal dari berbagai sumber, literatur dan pengalaman orang lain. Jules Verne sepertinya tahu benar tentang kelautan dan bagaimana mengemudi sebuah kapal. 
“What one man can imagine, another will someday be able to achieve.”  (Jules Verne)
Verne memberikan pandangannya bahwa perjalanan mengelilingi dunia pada saat itu nantinya akan dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya untuk para penjelajah ataupun para petualang sejati berkat adanya kemajuan teknologi transportasi. Ya! membaca buku ini membuatku ingin pergi menyusuri dunia, bukan hanya melalui jendela yang berisi ribuan kata dan kalimat, tetapi pergi melangkah dan merasakan dunia.

Buku yang sangat briliant ! 
Rating Ruang Buku Megga ✬✬✬✬✬ (5/5)

Judul : Around The World In Eigthy Days
Judul Terjemahan: Mengelilingi Dunia Dalam 80 Hari
Penulis: Jules Verne
Alih Bahasa: Rahmani Astuti
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta 
Tahun Terbit: 2008 (Pertama kali, 1872)
Tebal: 367 halaman







Thursday, April 22, 2021

Review Julius Caesar - William Shakespeare

Julius Caesar adalah seorang pemimpin militer dan politikus Romawi pada masa 44 SM. 
Setelah berhasil menaklukkan sebagian besar dunia kuno, Caesar diminta untuk memimpin Kekaisaran Romawi. Caesar sangat dicintai rakyatnya, namun Cassius, Brutus dan Anggota senat Romawi lainnya takut akan hal itu. Mereka beranggapan bahwa Caesar akan menjadi diktator yang haus kekuasaan. Mereka pun berkonspirasi untuk membunuh Caesar pada tanggal 15 Maret. 

Cassius merupakan anggota senat yang tidak bisa dipercaya dan tidak disukai Caesar, ide konspirasi untuk membunuh Caesar tentu datang dari Cassius. Brutus sebenarnya teman baik Caesar, ia menderita karena keputusan untuk membunuh sahabatnya Caesar. Berkat hasutan Cassius, pada akhirnya, dia mengesampingkan persahabatanya untuk kebaikan negara. Yah, kebaikan negara supaya tidak dipimpin oleh seorang diktator. Padahal Caesar adalah seorang pemimpin yang menurut rakyat Roma ideal. Konspirasi tersebut terlahir karena ke-iri-an Cassius terhadap Caesar yang sedang di atas awan.
"Orang seperti itu tidak akan pernah senang diam jika melihat ada orang yang lebih besar darinya, dan karena itu ia berbahaya. Aku lebih suka mengatakan apa yang harus ditakuti daripada apa yang kutakuti karena aku akan selamanya Caesar." (Babak 1, Adegan 2, hal. 20)
Sebelumnya, salah satu peringatan hari berakhirnya Caesar, berasal dari Peramal, yang mengucapkan kalimat :
"Beware of Ides of March

 atau dalam bahasa Indonesia:

"Hati-hati pada pertengahan bulan Maret"

Dalam kalender Romawi, Ides of March jatuh pada tanggal 15 Maret. Berasal dari Bahasa Inggris Pertengahan, Prancis Kuno, dan Latin, kata ides merujuk pada hari yang menguntungkan dalam kalender Romawi, semacam seperti hari libur.


Pertanda kedua datang dari mimpi Calpurnia, istri Caesar. Dalam mimpinya ia melihat Cesar dibunuh. Karena Caesar seorang tidak kenal takut, apalagi terhadap takhayul mimpi atau peramal, Ia tetap datang ke sebuah sesi senat yang sudah dijadwalkan tanggal 15 Maret. 
"Dewa-dewa melakukan ini untuk menakut-nakuti orang pengecut. Caesar sama saja dengan hewan tak berjantung jika hari ini tak keluar rumah karena takut. Tidak, Caesar lebih berbahaya daripada dia. Kami adalah dua ekor singa yang dilahirkan pada hari yang sama, dan aku adalah yang tertua yang paling menakutkan. Caesar akan pergi." (Caesar, Babak 2, Adegan 2, hal.  50) 
Dan begitulah Caesar dengan harga diri dan keangkuhanya berjalan menuju kapitol di hari kematianya. Pada tanggal 15 Maret 44 SM Caesar ditikam oleh Casca, kemudian Brutus.


Aku kagum dengan kepiawaian Markus Antonius dalam berpidato, pada saat Caesar akan dimakamkan, ia menggunakan retorika dan pengingat yang tulus untuk  menggambarkan Caesar dengan cara yang sangat positif sehingga  banyak rakyat yang justru marah terhadap para konspirator. See, the power of words can change the world !
Kemudian Akhirnya pasukan pendukung Caesar (Antonius, Octavianus dan Lepidus) maju berperang melawan pasukan konspirator (Brutus, Cassius, Casca). Pertempuran tersebut berlangsung di Filifi, yang dimenangkan oleh pasukan Antonius.

Kisah menyedihkan Julius Caesar ini merupakan tragedi yang diambil dari sejarah. William Shakespeare mengambil dari catatan seorang sejarawan Romawi terkenal, yaitu Plutarkhos. Menurut sejarah, setelah kematian Caesar, terbentuklah kerajaan romawi yang pertama yang dipimpin oleh anak angkat Caesar yaitu Octavius.

Naskah drama ini aku baca sekali duduk, membuatku lebih mudah dimengerti  karena yang aku baca versi bahasa Indonesianya. tapi ada sebagian terjemahan yang kurang pas, biar mencocokan, sekali-kali aku juga buka versi bahasa Inggrisnya. Buku ini merupakan buku ke-4 Shakespeare yang aku baca versi naskah atau play script. 

Review ini diposting bertepatan dengan ulang tahun Shakespeare yang ke-457,  dan bagian dari tantangan:

Rating Ruang Buku Megga  ✬✬✬ (3/5)

Judul : Julius Caesar
Judul Terjemahan: Julius Cesar 
Penulis: William Shakespeare 
Alih Bahasa:  Asrul Sani
Penerbit: PT Dunia Pustaka Jaya
Edisi : E-book
Tahun Terbit: 2020 (Pertama Kali, 1599)
Tebal: 135 halaman

Buku ini saya pinjam di iPusnas 
 

Friday, April 9, 2021

Author's Birthday Challenge April 2021 - March 2022




Let's celebrate author's birthday !!
Feature one or more author each month, Then, make a list of author's birthday to build on from year-to-year.
From April 2021 to March 2022, I choose several authors and book titles that are already on the reading queue list :

April 

April 02


April 23
William Shakespeare (1564) - Julius Caesar


May

May 22
Sir Arthur Conan Doyle (1859) - The Lost World


June

June 02
Thomas Hardy (1840) - Far From The Madding Crowd


June 22
Dan Brown (1964) - The Lost Symbol
                              Inferno


July


July 28
Beatrix Potter (1866) - The Tale of Peter Rabbit


August


August 20
H.P Lovecraft (1890)- At the Mountains of Madness


September

September 15
Agatha Christie (1890) - Appointment with Death

September 21
Stephen King (1947) - The Eyes of Dragon

September 21
H. G. Wells (1866) - The Time Machine

October

October 15
Mario Puzo (1920) - The GodFather

November

November 08
Margaret Mitchel (!900) - Gone With The Wind


November 11
Fyodor Dostoyevsky (1821) - Notes From Underground


December

December 12
Gustave Flaubert (1821) - Madame Bovary


December 16
Jane Austen (1775) - Pride and Prejudice


January

January 03
J.R.R Tolkien (1892) - Beren and Luthien


February

February 27
John Steinbeck (1902) - East of Eden


March


March 06
Gabriel García Márquez (1927) - Love in The Time Of Cholera





















Friday, April 2, 2021

Review dan Ulasan L'assommoir Novel by Émile Zola

Novel L’Assommoir merupakan sosial eksperimen-nya Zola terhadap kehidupan kaum buruh dan pekerja kawasan industri di Paris dalam bentuk literatur. Tak hanya itu, Zola pun menganalisis pengaruh alkohol dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang bertempat di daerah kumuh di pinggiran kota Paris. Rentang waktu yang digambarkan dalam novel ini adalah sekitar tahun 1851. 

Cerita novel ini fokus pada kehidupan Gervaise Macquart yang carut-marut setelah dicampkan kekasihnya, Auguste Lantier. Ia dan Auguste memiliki dua anak lelaki, Etiene dan Cloud.  Kehidupanya bersama  Auguste Lantier bisa dibilang manis di awal. Auguste mendapatkan sejumlah uang warisan dan pergi bersama Gervaise ke Paris. Namun mereka tidak bisa mengatur keuangan dan hanya bisa bersenang-senang dan menghabiskan uang tersebut. Untuk menhidupi anak-anaknya, Gervaise kemudian bekerja sebagai buruh cuci di rumah cuci/ laundress di daerah yang paling kumuh di Paris, karena tak ada pilihan lain. Sampai pada saatnya Auguste meninggalkan Gervaise, lari dengan wanita lain bernama Adele. Sepertinya Gervaise hanya menyesal sedikit akan kepergian Auguste, Karena toh selama tinggal bersamanya, Auguste adalah seorang pemalas, tidak mau bekerja dan pemabuk, bahkan sering menghabiskan uang dan harta Gervaise. 

Ada seorang tukang atap/ roofer bernama Coupeau, yang tertarik akan kecantikan Gervaise dan mulai mendekatinya. Kemudian Gervaise dan Coupeu menikah, dan mendapatkan seorang anak perempuan bernama Nana. Bersama Coupeau, Gervaise berhasil mendirikan rumah cuci (laundress) sendiri. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Kemalangan dalam hidup Gervaise, dimulai dengan kecelakaan Coupeau saat memperbaiki atap yang membuatnya dirawat di rumah sakit. Selama perawatannya yang menyiksa, Coupeau mulai mengonsumsi alkohol, yang membuatnya menjadi pemabuk dan tidak mau bekerja lagi. Beberapa kali, Coupeau sering mengunjungi rumah minum yang bernama  L’AssommoirKondisi ini diperparah dengan kedatangan Auguste Lantier yang diterima dengan tangan terbuka oleh Coupeau ke rumah mereka. Auguste yang seperti lintah darat perlahan-lahan menghisap harta Gervaise. Gervaise pun harus menanggung semua beban ekonomi dan hutang keluarga sendiri. Mantan suami Gervaise, Auguste yang seperti parasit juga masih menginginkan tubuh Gervaise untuk memuaskan nafsunya, ini pun semakin menambah kerumitan hidupnya. Gervaise lelah dan stress menghadapi mereka, seakan ia mempunyai dua suami. 

Seringkali Coupeau murka tanpa alasan bila stok minuman keras tidak ada, karna mereka sudah terlalu miskin untuk membelinya. Nana dan Gervaise pun sering menjadi sasaran pukulan kemarahan Coupeau, sampai-sampai Nana kabur dari rumah karena muak dengan keadaan keluarga mereka. kemudian Emile Zola membuat kisah Nana yang menjadi seorang pelacur dalam satu buku yang berjudul Nana. 

Mengonsumsi minuman alkohol secara berlebihan memang sangat tidak baik bagi kesehatan raga dan juga mental si peminum, yang kemudian ini menjadi akar masalah yang bisa merembet kemana-mana. Dengan orang tua dan lingkungan seperti itu, sulit untuk memperbaiki kemiskinan. Gervaise, Nana, dan Coupeau pada dasarnya orang yang baik, mereka adalah korban ketidaktahuan dan kerasnya kehidupan di lingkungan sekitar mereka.

Apa yang saya utarakan dalam ulasan ini sebenarnya sebagian kecil nya saja yang menjadi inti cerita, ada juga cerita tentang tetangga Gervaise, Madame Bijard yang dipukuli suami nya sampai mati, disaksikan oleh anak-anaknya, yang masih kecil yang harus dipaksa dewasa mengurusi ayahnya yang pemabuk.  Kekerasan karena pengaruh alkohol dalam novel ini sangat banyak diperlihatkan, hampir membuat saya muak. Entah Zola nya terlalu mendramatisir atau memang seperti itulah kondisinya. Entah jadi apa anak-anak itu nanti. Mungkin  pada zaman itu hak-hak perempuan dan anak-anak masih belum tersuarakan. Setelah menikah, wanita hanyalah menjadi properti dan sepenuhnya milik suaminya. 
Jujur, saya sangat menyayangkan kehancuran kisah Gervaise yang mulanya optimis dan mempunyai jiwa pekerja keras itu. 

Karena kelihaian narasi Zola, sampai-sampai akupun ikut merasakan kepedihan, kelaparan dan kesengsaraan Gervaise di akhir cerita. Memang, membaca fiksi sastra selalu menumbuhkan rasa empati dalam diri dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Zola selalu membuatku berfikir out of the box dan berempati dengan karakter yang mereka baca.

Review ini saya posting bertepatan dengan ulang tahun Émile Zola yang ke- 181 

Merci beaucoup pour votre travail et joyeux anniversaire !

 1st  Author's Birthday Challange 2021 - 2022

Rating Ruang Buku Megga  ✭✭✭✭ (4.5/5)

Judul : L'assommoir
Judul Terjemahan: Rumah Minum 
Penulis: Émile Zola 
Alih Bahasa:  Lulu Wijaya
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2018 (Pertama Kali, 1877)
Tebal: 660 halaman




Monday, March 29, 2021

The Voyages of Doctor Dolittle (Kisah - Kisah Perjalanan Doctor Dolittle ) - Hugh Lofting

Aku sangat senang ketika Gramedia Pustaka Utama menerbitkan buku kedua dr. Dolittle. Buku kedua ini mengisahkan Perjalanan- perjalanan dr. Dolittle bersama asisten manusianya, Tommy Stubbins. Ya asisten manusia! Karena sebelumnya dr. Dolittle tidak pernah berpergian dengan membawa asisten manusia, ia selalu ditemani oleh hewan-hewan peliharanya yang bisa berbicara, not actually bisa berbicara, tapi dr. Dolittle lah yang bisa memahami bahasa mereka. Dan untuk pertama kalinya, Tommy Stubbins berlayar bersama dokter Dolittle, meninggalkan orangtua dan kampung halamanya, berniat menjadi seorang naturalis. 

"Aku suka duduk-duduk di atas tepian dermaga sungai dengan kedua kaki menggelantung di atas permukaan air, dan bernyanyi bersama para pelaut itu, berpura-pura diriku seorang pelaut juga. Aku ingin sekali pergi bersama mereka keliling dunia untuk mencari peruntungan di negeri-negeri asing, seperti Afrika, India, China, dan Peru!" (Hal. 18)

Kisah ini diceritakan oleh narasi Tommy Stubbins, seorang anak tukang sepatu di Puddleby. Awalnya, Ia menemukan seekor tupai yang terluka dan ingin membawanya ke rumah pak dokter untuk diobati. Namun apa yang ia temukan di rumah pak dokter sangatlah menabjubkan.
"Ketika akhirnya aku bisa melihat sekelilingku, aku mendapati ruang tamu itu benar-benar penuh dengan binatang. Kelihatanya hampir semua jenis binatang dari daerah pedesaan ada di sana: Seeokor burung merpati,  seekor tikus putih, seekor burung hantu, seekor landak, seekor burung gagak-bahkan ada seekor babi kecil, baru masuk dari pekarangan luar, dengan cermat menggosok-gosokan kaki di keset sementara punggung merah mudanya yang basah mengilap tertimpa sinar lilin." (Halaman 68)

Tommy diperkenalkan dengan beberapa hewan aneh dalam perawatan Dolittle, seperti ikan Wiff-Waff, dan mereka yang merawat rumah tangganya yaitu Dab-Dab si bebek, dan Jip si anjing. Selanjutnya Tommy menjadi sering-sering main ke rumah Pak Dokter, dan ia pun sangat tertarik untuk mempelajari berbagai bahasa binatang, karena pada saat itu Pak Dokter sedang sibuk mempelajari bahasa kerang -kerangan, Tommy belajar dengan burung beo Afrika yang bijak bernama Polynesia. Tommy pun bertemu dengan pangeran dari Afrika, Bumpo yang seberlumnya sudah di ceritakan di buku pertama The Story of Doctor Dolittle. Bumpo saat itu sedang bersekolah di Oxford.

Kemudian, Burung Cendrawasih Ungu memberi tahu Dokter bahwa Long Arrow putra Golden Arrow, yang merupakan teman Dokter, hilang. Mereka memainkan permainan Perjalanan Buta yang akan menentukan di belahan dunia mana mereka akan berlayar, mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Spider Monkey Island untuk menemukan  Long Arrow. Dokter, Tommy, Bumpo, dan Polinesia memulai perjalanan melintasi laut. So, Mulailah perjalanan pertama Tommy Stubbins, calon seorang naturalis. 
Walaupun Tommy hanyalah anak seorang tukan sepatu, namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi seorang naturalis hebat  yang berkecimpung di dunia sains. 

Dalam perjalannya, banyak hal unik dan menarik, membuatku iri ingin ikut dengan rombongan pak dokter dan menjadi naturalis. Tersesat di negeri matador, ke pulau terapung, perang dengan suku Indian, hingga pulang ke rumah naik siput laut raksasa. Mereka sempat melintasi alam bawah laut dengan menaiki siput raksasa laut tersebut bak kapal selam! 

Betapa dunia yang luas dan kehidupan yang bebas, namun seorang naturalis hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mendedikasikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan sains. Oiya, Novel ini pun memenangkan perhargaan Newbery Medal pada tahun 1923.

Rating Ruang Buku Megga ✭✭✭✭ (4/5)

Judul : The Voyages of Doctor Dolittle
Judul Terjemahan: Kisah-Kisah Perjalanan Doctor Dolittle
Penulis: Hugh Lofting
Alih Bahasa:  Julanda Tantani
Desain Ilustrasi Sampul : Ratu Lakhsmita Indira
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 6 Mei 2020 (Pertama Kali, 1922)
Tebal: 384 halaman

Monday, March 22, 2021

Review dan Ulasan The Age of Innocence - Edith Wharton

Tema novel ini bisa dibilang biasa, literatur dengan tema perselingkuhan sangat mainstream di abad 19. Novel ini Mengikuti perjalanan Newland Archer yang sudah bertunangan dengan May Welland, namun terpikat oleh pesona Countess Olenska, sepupu May Welland, yang sudah bersuami. Kedatangan Countess Olenska ke Amerika merupakan pelarian dari sikap kasar suaminya, dan berselingkuh dengan wanita lain.

Tidak ada jodoh yang lebih baik di New York selain May Welland, Tentu saja pernikahan yang demikian layak bagi Newland. Tapi takdir terus mempertemukan Newland Archer dan Countess Ellen Olenska, entah di pesta ini atau pesta itu di kalangan society New York, dan sebagai pengacara dan juga calon suami Sepupu Ellen, Newland ditugaskan untuk menangani gugatan cerai Ellen terhadap suaminya.Tentunya banyak alasan untuk Newland bertemu dengan Ellen.

Sunday, February 7, 2021

Review dan Ulasan Pembunuan di Kereta Api 4.50 dari Paddington (4.50 From Paddington) - Agatha Christie


Tak ada yang percaya ketika Mrs. McGillicuddy melapor baru saja melihat seorang wanita dicekik di dalam gerbong kelas satu, di kereta api yang berjalan sejajar dengan kereta api yang ditumpanginya.

Tak ada, kecuali sahabatnya, Jane Marple.

Kemungkinan wanita tersebut telah dicekik hingga tewas. Sungguh sangat janggal, bila memang pembunuhan itu terjadi mengapa mayat tersebut tidak pernah ditemukan? Satu-satunya cara lain yang mungkin dilakukan si pembunuh adalah melempar mayat itu keluar selagi kereta itu masih berjalan. Polisi tidak ingin menindaklanjuti kasus tersebut karena belum ada bukti, dan hanya menganggap cerita Mrs. McGillicuddy hanyalah khayalan atau mimpi nya saja.

Insting Jane Marple berkata lain. Ia berusaha melacak kemungkinan keberadaan mayat misterius tersebut. Kecurigaan Ms Marple terletak pada rumah besar di Brackhampton bernama Rutherford Hall yang didiami oleh keluarga Crackenthrope. Di dekat situlah kemungkinan mayat tersebut dibuang. Ms Marple pun meminta Lucy Eylesbarrow untuk menjadi pengurus rumah tangga di Rutherfod Hall. Ia seorang gadis pintar matematika lulusan Oxford berpikir bahwa ilmunya tidak menghasilkan uang banyak, maka dari itu ia lebih milih bekerja menjadi Pengurus Rumah Tangga. Itu lah Lucy Eyelesbarrow (dari namanya juga sudah unik), ia bukan sekedar ART biasa, karirnya sbg ART menjadi rebutan Sana sini karena hanya bisa bekerja selama 2 minggu, paling lama 1 bulan dengan gaji selangit.

Ini pertama kalinya dalam kasus Ms Marple, Nek Agatha memunculkan karakter Lucy yang eksentrik, mirip Karekter Tuppence sih menurutku, dan pertama kali dalam hidupnya, Lucy mendapatkan pekerjaan yang berbahaya yang mungkin nyawanya pun menjadi taruhanya. Tapi berkat  kecerdikan dan kepandaianya bergaul dengan siapa saja, kasus pun mengalami kemajuan. Mayat tersebut akhirnya ditemukan Lucy di dalam sarkofagus di sebuah gudang Rutherford Hall. Otomatis Seluruh keluarga Crackenthrope yang mendiami rumah tersebut menjadi tersangka. 

Seperti biasa, aku sangat kagum dengan kehebatan Ms Marple. dalam novel ini Ia tidak terlalu terjun secara fisik ke dalam suatu kasus pembunuhan karena bertentangan dengan kondisi kesehatanya. walaupun ia hanya menyimak apa yang ditemukan Lucy dan Detektif polisi yang bernama Inspektur Craddock, pada akhirnya Ia pun mengetahui siapa pembunuhnnya. Yang paling sebel sih kadang Polisi ini  tidak bisa mencegah pembunuhan selanjutnya, Apa karena peran utama tetap saja Ms Marple ya? Tetap Ms Marple juaranya deh, eh bukan menurutku masih tetap Lucy Eyeslesbarrow karakter favoritku dalam novel ini, karena siapa sih yang tidak menyukai Lucy! 

Rating Ruang Buku ✭✭✭✭ (4/5)

Judul Terjemahan: Kereta 4:50 dari Paddington (4.50 from Paddington)
Penulis: Agatha Christie
Alih Bahasa: Lily Wibisono
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1987 (Pertama kali, 1957)
Tebal: 361 halaman







Most Viewed